Waspada Kecanduan Media Sosial, Ketahui Kapan Harus Konsultasi

Keseharian saat ini tidak dapat lepas dari penggunaan internet dan berjejaring secara online. Komunikasi pun semakin mudah dengan adanya media sosial, termasuk mengikuti berbagai kabar terbaru. Hampir semua orang memiliki akun media sosial.

 

Terlebih di tengah situasi pandemi, ketika aktivitas fokus dilakukan di rumah, otomatis sosialisasi lebih banyak dilakukan dengan daring. Mereka yang awalnya tidak banyak menggunakan media sosial, mau tidak mau kemudian lebih sering berinteraksi online.

 

Media sosial bukan lagi sekadar alat untuk berkomunikasi, melainkan dapat mendefinisikan identitas diri dan bagaimana kita berelasi satu dengan lainnya. Terutama pada generasi lebih muda, di mana teknologi berperan sangat besar dalam kehidupan. Bahkan anak-anak muda cenderung tidak bisa membayangkan bagaimana hidup tanpa terkoneksi ke media sosial.

 

Jurnal yang dimuat oleh National Library of Medicine mendokumentasikan dampak negatif dari media sosial. Dengan intensnya penggunaan media sosial, bahkan menjadi identitas seseorang, ada kecenderungan untuk sulit mengontrol penggunaannya.

 

Bahkan selama 10 tahun terakhir, berbagai penelitian menemukan adanya situasi di mana sosial media menimbulkan gejala-gejala mirip dengan kecanduan obat terlarang. Contohnya:

 

  • Perubahan suasana hati yang drastis
  • Dapat mengalami ‘withdrawal effect‘ ketika tidak menggunakan sosial media
  • Konflik seperti perilaku orang kecanduan obat terlarang

 

Ketika seseorang tidak bisa lepas dari penggunaan media sosial, secara psikologis mereka akan terpengaruh dengan perilaku yang berbahaya bagi kesehatan mental. Ini disebabkan pengguna media sosial seringkali mendapatkan rasa kepercayaan diri lebih dengan berinteraksi secara daring, kemudian mendapatkan respons positif seperti ‘likes’ atau komentar memuji. Semakin lama, pengguna media sosial jadi bergantung dengan respons positif secara daring, sehingga resah ketika tidak mendapatkannya.

 

Akibatnya, mereka tidak bisa lepas untuk terus menggunakan media sosial. Bahkan bisa jadi seseorang yang kecanduan media sosial malah abai dengan dunia nyata, tidak mau berkomunikasi dengan orang-orang di sekitarnya, dan mengisolasi diri untuk terus menggunakan media sosial. Biasanya akan timbul perasaan takut kelewatan apapun informasi terbaru (Fear of Missing Out), sehingga seseorang yang kecanduan sosial media rawan mengalami kecemasan berlebih.

 

Studi yang dilakukan di Inggris pada tahun 2019, menemukan jika media sosial terutama dapat memberikan dampak negatif pada remaja. Seperti mengganggu aktivitas, membuat remaja sulit tidur, memperparah perundungan, jadi sumber berita yang dipertanyakan kebenarannya, serta mengubah pandangan remaja menjadi tidak realistis.

 

Kapan Perlu Konsultasi dengan Tenaga Medis Profesional?

Untuk mengetahui apakah kita telah mengalami kecanduan media sosial, beberapa pertanyaan yang bisa dipikirkan adalah:

 

  1. Apakah Anda menghabiskan waktu lama memikirkan konten media sosial, atau merencanakan penggunaannya?
  2. Apakah Anda merasakan dorongan untuk terus menggunakan media sosial?
  3. Apakah saat Anda mengalami masalah, Anda menggunakan media sosial untuk melupakan?
  4. Apakah Anda kesulitan mengurangi penggunaan media sosial?
  5. Apakah Anda merasa resah dan gelisah ketika tidak bisa menggunakan media sosial?
  6. Apakah Anda tidak bisa lepas dari media sosial sehingga mengganggu kegiatan sehari-hari?

 

Jika jawaban pertanyaan tersebut mayoritas ‘ya’, ada kemungkinan seseorang telah mengalami kecanduan media sosial.

 

Kecanduan media sosial berkaitan erat dengan gejala depresi dan gangguan kecemasan. Jika mulai terasa tidak bisa mengontrol penggunaan media sosial hingga mengganggu akivitas sehari-hari, segeralah berkonsultasi dengan praktisi kesehatan mental seperti psikolog atau psikiater.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *