Waspada Hipertensi, ‘Silent Killer’ Pemicu Masalah Kesehatan Fatal

Hipertensi atau tekanan darah tinggi termasuk penyakit kronis yang kerap didengar. Namun manajemen hipertensi sering kurang dipahami dengan baik. Hipertensi terjadi karena aliran darah pada pembuluh menghasilkan tekanan. Namun tekanan ini bisa terlalu kuat dan membahayakan. Kondisi aliran darah menekan dinding pembuluh darah terlalu kuat dinamakan tekanan darah tinggi atau hipertensi.

 

Seseorang didiagnosa mengidap hipertensi jika pengukuran tekanan darah menunjukkan hasil tekanan sistol (angka yang pertama) ≥ 140 mmHg dan/atau tekanan diastol (angka yang kedua) ≥ 90 mmHg pada lebih dari 1(satu) kali pemeriksaan. Bahayanya, seringkali pengidap hipertensi tidak menyadari jika mereka memiliki tekanan darah tinggi karena hipertensi nyaris tidak memiliki tanda bahaya maupun gejala. Inilah yang menyebabkan hipertensi disebut sebagai silent killer.

 

Pengidap tekanan darah tinggi bisa mengalami gejala-gejala seperti pusing di pagi hari, telinga berdenging, mimisan, atau detak jantung tidak beraturan. Sayangnya gejala ini sering diabaikan sebagai tanda tekanan darah tinggi. Namun jika tekanan darah tinggi telah mencapai angka berbahaya, penderitanya dapat mengalami mual muntah, linglung, kecemasan, nyeri dada, hingga gemetar hebat.

 

Cara terbaik untuk mengetahui apakah seseorang memiliki tekanan darah tinggi atau tidak yaitu dengan melakukan pengukuran tekanan darah secara rutin. Pemeriksaan tekanan darah secara rutin mudah dan cepat dilakukan. Walau pengukuran bisa dilakukan sendiri menggunakan alat, sebaiknya pemeriksaan tekanan darah dilakukan oleh tenaga medis profesional agar hasilnya akurat. Hasil pengukuran tekanan darah yang akurat sangat penting untuk mengontrol hipertensi.

 

Hipertensi adalah penyakit kronis, artinya hipertensi tidak bisa disembuhkan. Namun dengan penanganan rutin yang tepat, hipertensi dapat terkontrol dan menghindari risiko masalah-masalah kesehatan lain akibat hipertensi.

 

Jika tidak terkontrol, hipertensi dapat menyebabkan kerusakan serius pada jantung. Tekanan terus-menerus menebalkan pembuluh darah, kemudian menurunkan sirkulasi aliran darah serta oksigen pada jantung. Tekanan darah tinggi dan menurunnya sirkulasi aliran darah tersebut dapat menyebabkan:

 

  • Nyeri dada (angina)
  • Serangan jantung, akibat suplai darah menuju jantung terhambat sehingga sel otot jantung rusak karena kekurangan oksigen
  • Gagal jantung, terjadi karena jantung tidak mampu memompa cukup darah dan oksigen menuju organ lain
  • Ritme detak jantung tidak beraturan yang dapat menyebabkan kematian mendadak
  • Penyumbatan arteri yang mengakibatkan stroke
  • Kerusakan ginjal hingga gagal ginjal

 

Risiko hipertensi pada individu umumnya dipicu oleh pola makan tidak sehat. Konsumsi garam berlebihan, konsumsi makanan tinggi lemak jenuh serta lemak trans, juga kurangnya asupan serat sehari-hari meningkatkan risiko tekanan darah tinggi. Selain konsumsi makanan sehari-hari, kurangnya aktivitas fisik, merokok, minum minuman beralkohol, serta kegemukan juga jadi faktor tekanan darah tinggi. Namun secara keturunan pun risiko darah tinggi bisa diwariskan, juga faktor usia.

 

Maka risiko hipertensi bisa dikurangi, dengan memperbaiki pola hidup. Contohnya mengurangi konsumsi garam, menambah asupan serat, rutin berolahraga, mengindari rokok dan alkohol, serta bijak memilih makanan berlemak. Sedangkan pengidap hipertensi dapat mengontrol kondisi tersebut agar terhindari dari komplikasinya. Caranya, dengan mengurangi dan memanajemen stres, rutin memeriksa tekanan darah, mengonsumsi obat pengontrol tekanan darah sesuai resep, serta memanajemen kondisi medis yang menyertai.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *