Orangtua pasti pernah merasa stress dan kebingungan menghadapi anak yang tiba-tiba menangis, marah, bahkan mengamuk. Hal ini merupakan kondisi yang umum terjadi pada anak, yakni tantrum.
Tantrum adalah hal wajar, termasuk bagian dari perkembangan anak yang normal karena anak berusaha menunjukkan dirinya sedang kesal atau merasa tidak nyaman. Tantrum terjadi karena keterbatasan anak dalam mengungkapkan perasaannya, karena tidak memahami cara mengatakan apa yang diinginkan atau dirasakan.
Tantrum sering terjadi pada balita, paling umum saat tahun kedua kehidupan anak. Di usia 2 tahun perkembangan bahasa anak usia dini mulai berkembang, tetapi anak-anak tentu masih kesulitan untuk menemukan kata-kata yang tepat dalam mengungkapkan perasaannya.
Normalnya seiring pertambahan usia dan meningkatnya kemampuan komunikasi anak, tantrum akan berkurang.
Gejala Tantrum
Biasanya anak yang tantrum akan bertingkah keras kepala, tidak mau menuruti apa yang diucapkan orangtua, menangis, bahkan mengamuk walau berada di tempat ramai.
Gejala tantrum lainnya adalah:
- Merengek
- Menangis keras, bahkan menjerit
- Menendang, memukul
- Mendorong orang lain di dekatnya
- Melempar barang
- Badan tegang
- Meronta-ronta, menolak untuk dipegang
Anak tantrum bisa menangis hingga wajahnya tampak kemerahan, tersedu-sedu, dan menahan napas.
Cara Mengatasi Tantrum
Menghadapi anak tantrum tidak selalu mudah. Walau demikian, tantrum bisa diatasi. Berikut beberapa tips dalam mengatasi anak tantrum:
1. Jangan Memarahi atau Memaksa
Memarahi atau memaksa anak untuk tenang saat tantrum justru bisa memperburuk kondisi. Jangan ikut tersulut emosi saat anak tantrum.
Hindari membentak, menarik, atau melakukan hukuman fisik. Jika orangtua memarahi dan meluapkan emosi, anak justru semakin takut, marah, dan makin sulit ditenangkan.
2. Bawa Anak ke Tempat Tenang dan Aman
Kadang saat tantrum, anak akan mengamuk, melempar barang, atau berguling-guling tanpa mempedulikan keadaan sekitar. Hal ini berisiko membahayakan, apalagi jika di sekitar anak ada meja, kursi, atau benda-benda lain yang bisa menyebabkan terjadinya benturan.
Bawalah anak ke tempat yang aman untuk meluapkan emosinya. Usahakan tempat tersebut juga jauh dari keramaian.
3. Temani Anak
Jangan tinggalkan anak yang tantrum sendirian, apalagi saat anak mengamuk hingga melempar barang. Awasi anak yang tantrum agar tidak mencelakai dirinya sendiri. Jika anak cukup tenang, coba peluk dan berikan kata-kata menenangkan. Buat anak merasa dipedulikan dan didampingi.
4. Coba Alihkan Perhatiannya
Beberapa anak yang tantrum mungkin mengamuk karena tidak dibelikan mainan atau tidak dituruti keinginannya. Orangtua bisa mencoba mengalihkan perhatian anak. Misalnya menunjukkan benda lain yang mungkin menarik untuk anak, atau membawa anak melihat hewan di sekitar sampai tangisnya reda.
5. Cari Tahu Penyebab Tantrum
Seringkali tantrum disebabkan oleh hal-hal yang mungkin tidak bisa diungkapkan anak. Maka saat anak mulai rewel dan mengamuk, sebaiknya orangtua periksa dahulu apakah anak merasa kesakitan, tidak nyaman karena gerah atau popok penuh, atau adanya hal lain yang mengakibatkan anak sampai menangis.
Bisa juga saat anak mulai tenang, pelan-pelan tanyakan apa yang diinginkan dan mengapa sebelumnya anak menangis keras. Namun jangan memaksa anak untuk menjawab, karena mungkin anak pun belum memahami apa yang dirasakan.
Walau tantrum termasuk hal normal, jika Anda mulai merasa cemas akibat anak yang terus tantrum, bisa coba berkonsultasi ke psikolog anak maupun dokter.