Benarkah Biskuit Mampu Mencegah Stunting?

Stunting adalah kondisi malnutrisi parah pada bayi dan anak-anak. Badan Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan stunting sebagai masalah kesehatan global yang memiliki dampak jangka panjang. Anak yang mengalami stunting bisa terhambat pertumbuhannya, baik secara fisik maupun kognitif. Kemampuan psikologis anak pun bisa terganggu. Biasanya anak stunting memiliki ciri tinggi badan lebih pendek dari anak seusianya, disebabkan oleh malnutrisi jangka panjang.

 

Di Indonesia, stunting masih menjadi masalah yang perlu perhatian khusus. Data menunjukkan jika angka stunting masih berkisar 21,6% pada tahun 2022. Daerah-daerah dengan presentase stunting tertinggi di antaranya adalah NTT, Sulawesi Barat, Aceh, NTB, dan Sulawesi Tenggara. Sedangkan jika dihitung secara jumlah, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatra Utara, dan Banten merupakan daerah dengan jumlah stunting terbanyak.

 

Kondisi stunting bisa dicegah dengan pemenuhan gizi yang tepat. Namun jangan salah menganggap jika asupan tambahan seperti biskuit merupakan makanan yang tepat untuk mencegah stunting. Walau pemberian biskuit pada balita sering dilakukan oleh kader Posyandu, biskuit bukanlah makanan pencegah stunting.

 

Pada Pembukaan Rapat Kerja Nasional Prokram Pembangunan Keluarga, Kependudukan, dan Keluarga Berencana (Banggakencana) dan Penurunan Stunting pada Rabu (25/1) lalu, Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo telah mengkritik pemberian biskuit untuk mencegah stunting.

 

Biskuit bukan makanan yang efektif untuk mencegah stunting. Biarpun biskuit merupakan makanan olahan yang aman dikonsumsi, nilai gizinya minim untuk dinilai sebagai makanan pelengkap gizi. Maka biskuit sebenarnya tidak mampu mencegah stunting.

 

Cara Tepat Mencegah Stunting

Stunting bisa dicegah dengan memenuhi kebutuhan nutrisi secara tepat, terutama pada 1000 hari pertama kehidupan anak, dihitung sejak kehamilan. Maka sejak masa kehamilan, ibu hamil harus mengonsumsi makanan sehat. Dilanjutkan setelah bayi lahir dengan memberikan ASI serta makanan sesuai pertambahan usia.

 

Jika anak mulai memasuki usia MPASI, maka usahakan untuk memberikan protein hewani. Ditemukan keterkaitan antara stunting dan konsumsi protein hewani. Dengan memberikan makanan berbahan protein hewani, maka diharapkan dapat mencegah stunting. Saat ibu hamil dan menyusui, konsumsi protein hewani juga penting untuk menjaga kondisi ibu.

 

Ibu hamil yang mengonsumsi protein hewani dengan cukup juga membantu mencegah janin mengalami stunting. Sebab salah satu penyebab anak lahir stunting adalah kurangnya komponen gizi yang didapatkan semasa janin dalam kandungan.

 

Mengawasi perkembangan anak secara rutin juga penting dilakukan, sejak kehamilan hingga anak berusia 2 tahun. Pengawasan ini perlu dilakukan agar tanda-tanda hambatan perkembangan bisa segera ditemukan dan ditangani.

 

Nutrisi yang harus dipenuhi agar anak terhindar dari stunting contohnya seng, zat besi, vitamin A, vitamin D, vitamin B12, asam folat, serta kebutuhan energi. Jangan sampai asupan protein anak yang penting untuk pertumbuhan justru dikonversi tubuh menjadi energi karena kekurangan asupan yang dibutuhkan untuk beraktivitas.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *