Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia (WHO), 1 dari 6 orang di seluruh negara mengalami disabilitas signifikan yang menghambat aktivitas sehari-hari. Kementerian Sosial Republik Indonesia (Kemensos RI) mendefinisikan penyadang disabilitas sebagai orang yang memiliki keterbatasan fisik, mental, intelektual, atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dan sikap masyarakatnya dapat menemui hambatan untuk berpartisipasi secara efektif.
WHO mengklasifikasi disabilitas dalam tiga dimensi, yaitu:
- Adanya gangguan fungsi bagian tubuh maupun mental, misalnya kehilangan salah satu alat gerak, kehilangan pengelihatan, atau hilang ingatan
- Aktivitas yang terbatas, penyadang disabilitas mengalami kesulitan untuk melihat, mendengar, bergerak, atau memecahkan masalah
- Terbatasnya partisipai dalam kehidupan sehari-hari, misalnya kesulitan untuk bekerja, berinteraksi secara sosial, dan mendapat pelayanan kesehatan
Disabilitas bisa dipengaruhi faktor genetik, contohnya pada Down Syndrome dan cacat bawaan sejak lahir. Namun ada berbagai faktor risiko non-genetik yang dapat menyebabkan disabilitas, yaitu:
1. Penyakit
Penyakit infeksius seperti ensefalitis dan meningitis dapat menyebebabkan gangguan neurologis, kemudian menimbulkan disabilititas. Penyakit-penyakit menular pada anak yang tidak ditangani dengan baik seperti cacar dan polio juga bisa menimbulkan disabilitas pada anak. Sedangkan pada orang dewasa, disabilitas bisa diakibatkan infeksi menular seksual (HIV/AIDS) dan penyakit akut seperti tuberkulosis.
Kasus-kasus penyakit kronis seperti diabetes, masalah kardiovaskular, kanker, dan arthritis mayoritas dapat menyebabkan disabilitas jangka panjang. Disabilitas juga bisa terjadi karena penyakit progresif, atau penyakit yang semakin parah semakin meningkatkan risiko disabilitas, misalnya multiple sclerosis dan distrofi otot.
2. Gaya Hidup
Gaya hidup kurang sehat yang menimbulkan penyakit (merokok, konsumsi alkohol) juga berperan meningkatkan risiko disabilitas. Pada janin dan bayi, risiko disabilitas juga dipengaruhi oleh gaya hidup ibu saat mengandung. Ibu hamil yang merokok dan mengonsumsi alkohol berisiko melahirkan anak dengan gangguan kesehatan hingga disabilitas.
3. Cidera
Cidera parah yang diakibatkan kecelakaan lalu lintas, kecelakaan di tempat kerja, kekerasan, konflik, bahkan insiden seperti terjatuh pun bisa meningkatkan risiko disabilitas. Lebih dari 50% kasus retardasi mental dilaporkan karena penyakit berat atau cidera bagian kepala di masa kecil.
4. Masalah Kesehatan Mental
Penurunan kesehatan mental dan gangguan kesehatan mental bisa memicu disabilitas secara mental pada orang dewasa. Mereka yang mengalami masalah kesehatan mental jika tidak mendapat penanganan, kelak akan kesulitan untuk berinteraksi dan berpartisipasi pada kegiatan sehari-hari.
Disabilitas yang disebabkan genetik maupun non-genetik membutuhkan penanganan medis yang tepat, termasuk dukungan dan pendampingan bagi penyandangnya. Paling penting adalah meningkatkan akses untuk layanan kesehatan berkualitas bagi penyandang disabilitas.
Mendapat akses layanan kesehatan dapat membantu penyandang disabilitas menghadapi hambatan dalam beraktivitas. Bahkan bukan tidak mungkin mereka nantinya bisa berpartisipasi di masyarakat selayaknya orang-orang dengan kondisi lebih sehat.