Waspadai Hipertensi pada Remaja

Penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi umumnya dikaitkan dengan pasien-pasien berusia lebih tua. Namun ternyata, hipertensi bisa terjadi pada siapa saja. Bahkan saat ini banyak pula kasus hipertensi yang ditemukan pada anak-anak dan remaja. Mengapa penyakit kronis ini bisa terjadi pada remaja?

 

Hipertensi adalah penyakit yang diasosiasikan dengan kondisi-kondisi seperti stroke, penyakit jantung koroner, gagal fungsi jantung, dan banyak penyakit serius lainnya. Kondisi-kondisi ini memang lebih umum ditemukan pada orang berusia lanjut. Sedangkan masa remaja sering dianggap sebagai waktu di mana seseorang tengah dalam kondisi paling prima, sehat, banyak energi, dan jauh dari penyakit-penyakit berbahaya.

 

Hipertensi terbagi menjadi 2, yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer tidak memiliki penyebab pasti. Sedangkan hipertensi sekunder adalah dampak dari penyakit tertentu.

 

Sebelum penelitian semakin banyak dilakukan, hipertensi pada remaja seringkali dianggap sebagai dampak dari penyakit serius seperti masalah ginjal atau kondisi-kondisi lain yang mempengaruhi tekanan darah. Dengan kata lain, hipertensi pada remaja dianggap sebagai hipertensi sekunder.

 

Kemajuan teknologi kesehatan dan makin banyak penelitian akhirnya menyadari, semakin meningkatnya kasus hipertensi primer pada remaja. Kondisi ini kemungkinan besar terkait pada pola makan tidak sehat, obesitas, dan gaya hidup sedentari (kurang gerak).

 

Sementara itu, faktor-faktor lain yang bisa menyebabkan hipertensi pada remaja adalah:

 

  • Masalah hormon
  • Pertumbuhan pesat (rapid growth spurt)
  • Kebiasaan merokok

 

Hipertensi mungkin tidak menunjukkan gejala khusus hingga terjadi komplikasi. Maka untuk mengetahui apakah seseorang mengalami hipertensi atau tidak, bisa dilihat melalui pengkuruan tekanan darah yang dilakukan oleh tenaga medis profesional.

 

Kategori tekanan darah tinggi pada anak dan remaja bervariasi tergantung kelompok umur. Akan tetapi kriterianya secara umum sama seperti orang dewasa, yaitu:

 

  • Hipertensi stadium 1: angka atas (tekanan sistolik) pada 130-139 mmHg, angka bawah (tekanan diastolik) antara 80-89
  • Hipertensi stadium 2: tekanan sistolik di atas 140 mmHg, tekanan diastolik di atas 90 mmHg

 

 

Hipertensi pada remaja harus ditangani sesegera mungkin. Jika dibiarkan, maka pasien kemungkinan besar akan mengidap hipertensi saat dewasa nanti. Ada pula risiko komplikasi berbahaya seperti penyakit kardiovaskular penebalan dinding kiri otot jantung (left ventricular hypertrophy).

 

Jika ada indikasi hipertensi pada remaja, penanganannya akan berbeda dari pasien dewasa. Umumnya, pasien hipertensi berusia remaja diminta untuk melakukan perubahan gaya hidup secara signifikan untuk menurunkan tekanan darah. Berbeda dengan pasien dewasa yang biasanya akan diresepkan obat antihipertensi.

 

Namun jika diagnosis menunjukkan pasien remaja mengalami hipertensi stadium 2, mungkin akan diberikan obat sesuai kebutuhan. Terutama jika perubahan gaya hidup gagal mengontrol tekanan darah tinggi.

 

Sebagai langkah pencegahan, sejak dini perlu diterapkan gaya hidup sehat. Selain itu anak-anak dan remaja pun tetap butuh melakukan pemeriksaan rutin mengukur tekanan darah.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *