Situasi kesehatan darurat saat pandemi menuntut tenaga kesehatan untuk bekerja ekstra, terlebih mereka yang berada di garda terdepan dalam penanganan pasien COVID-19. Perawat adalah tenaga kesehatan yang selama pandemi ini, disadari jika keberadaannya semakin dibutuhkan. Seperti pada jurnal yang dimuat dalam Pusat Publikasi Medis seputar pandemi, tercatat jika para perawat di seluruh negara bekerja jauh lebih keras dengan beban pekerjaan yang semakin bertambah.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat per 2020, tenaga perawat di seluruh negara mencapai 27 juta orang. Namun jumlah yang terdengar besar tersebut tetap tidak menjamin situasi pandemi tertangani optimal. Kondisi ini diakibatkan krisis kesehatan selama pandemi memengaruhi tiap individu secara berbeda. Walau upaya pencegahan dilakukan seperti meminta warga lebih banyak berkegiatan di rumah, masalah kesehatan di tengah pandemi tidak serta-merta berkurang.
Contohnya para lansia yang butuh perawatan khusus di rumah, maupun lansia yang dirawat di panti jompo, tetap membutuhkan perhatian. Di sinilah peran perawat tetap dibutuhkan, tak hanya untuk membantu menanggulangi pasien COVID-19. Ditambah lagi, masih banyak pasien dengan masalah kesehatan lain yang membutuhkan perawatan. WHO pun menyimpulkan jika tenaga keperawatan di seluruh negara masih perlu ditambah. Maka dengan situasi pandemi dan masih besarnya kebutuhan tenaga perawat, kini perawat yang aktif menanggung beban kerja yang sangat besar.
Perawat menjadi garda terdepan pada institusi kesehatan. Perawat lah yang pertama kali berinteraksi dengan pasien. Walau tenaga kesehatan yang lebih dikenal masyarakat umumnya adalah dokter, dokter pun tidak bisa bekerja optimal tanpa dukungan perawat. Tak hanya membantu dokter, perawat lah yang berinteraksi paling intens dengan pasien serta keluarga pasien. Perawat yang lebih sering berkomunikasi dengan pasien, sejak awal masa perawatan hingga selesai nantinya.
Akan tetapi di tengah pandemi ini, risiko kesehatan yang dihadapi perawat pun makin besar. Sifat virus COVID-19 yang sangat menular mengancam kesehatan para perawat. Terlebih masih banyak fasilitas kesehatan yang belum mampu memberikan APD layak untuk perawat karena keterbatasan sumber daya. Namun tentunya perawat tidak memiliki banyak pilihan karena ada rasa tanggung jawab besar tetap membantu pasien, walau alat pelindung yang digunakan terbatas.
Di seluruh negara, terdapat kekhawatiran jika tuntutan pekerjaan perawat semakin berat seiring pandemi yang belum berakhir. Terlebih COVID-19 dengan berbagai varian mutasinya membutuhkan perawatan serta pengobatan yang berbeda, tergantung kondisi tiap individu. Maka perawat perlu terus belajar. Di sisi lain, perawat pun butuh perlindungan ekstra mengingat interaksi intens dengan pasien menjadikan mereka rawan tertular.
Sepanjang pandemi berlangsung, tidak sedikit perawat yang akhirnya tertular. Namun ironisnya masih banyak pula yang memberi stigma pada perawat di lingkungan tempat tinggal mereka, jika para perawat inilah yang membawa virus ke lingkungan tersebut.
Begitu besar tantangan perawat berada di garda terdepan fasilitas kesehatan, sepatutnya jasa mereka pun tak dipandang sebelah mata.