Pentingnya Gizi Balita untuk Menciptakan Generasi Emas

Tepat pada 8 April setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Anak-anak Balita Nasional. Momen Hari Anak-anak Balita Nasional jadi waktu tepat untuk kembali menengok pentingnya memastikan perkembangan balita, sebagai calon penerus bangsa. Perkembangan balita adalah momen krusial, di mana tak hanya fisiknya yang bertumbuh pesat, otak mengalami periode emas perkembangan terutama pada masa balita. Kesehatan dan kecerdasan anak yang optimal maka bergantung pula pada bagaimana pertumbuhannya di masa balita.

 

Tumbuh kembang anak di masa balita erat kaitannya dengan asupan gizi yang tepat. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menegaskan jika pemberian nutrisi tepat pada anak adalah pondasi penting untuk kesehatan anak secara berkelanjutan, bahkan hingga dewasa. Asupan gizi yang tepat pada 3 tahun pertama kehidupan anak terutama sangat penting untuk mengurangi risiko kematian, menghindari penyakit kronis, dan menjaga perkembangan anak baik fisik maupun mentalnya.

 

Di Indonesia, masalah gizi balita masih cukup tinggi. Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 menunjukkan 30,8% balita Indonesia mengalami stunting. Stunting adalah kekurangan gizi akut (malnutrisi) yang menghambat perkembangan anak. Umumnya anak dengan stunting memiliki fisik yang lebih pendek dari balita seusianya. Stunting juga berisiko menghambat perkembangan kecerdasan balita. Kasus stunting yang tinggi sangat memengaruhi kelangsungan bangsa. Sebab, secara jangka panjang perkembangan balita stunting akan terpengaruh. Saat dewasa pun balita yang mengalami stunting dikhawatirkan tidak dapat produktif karena masalah fisik dan kecerdasannya.

 

Selama ini, anggapan kekurangan nutrisi lebih sering diidentikan dengan kesulitan mendapat makanan. Padahal, asupan nutrisi balita yang cukup bukan berarti sekadar anak bisa makan 3 kali sehari. Banyak balita yang diberikan makanan olahan tinggi garam hingga mengandung lemak trans. Ini juga mengakibatkan malnutrisi.

 

Oleh karena itu, pemberian asupan gizi untuk balita harus seimbang. Ikatan Dokter Indonesia (IDAI) memaparkan, balita harus mendapat asupan gizi mencakup makronutrien (karbohidrat, protein, lemak) dan mikronutrien (mineral serta vitamin). Maka, dalam piring makan balita sebaiknya lengkap berisi nasi, lauk tinggi protein, serta sayur-sayuran sebagai sumber mikronutrien dan serat. Pada balita, untuk mencegah anak menolak makanan bernutrisi bisa disiasati dengan berkreasi memberi menu makanan dalam penampilan dan rasa yang menarik setiap harinya.

 

Perkembangan balita pun harus selalu diperhatikan, dengan rutin memeriksakan anak ke Posyandu sesuai jadwal agar status gizi anak terawasi lebih baik. Jangan ragu untuk berkonsultasi pada tenaga medis profesional jika khawatir anak mengalami masalah dalam perkembangan maupun asupan gizinya.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *