Walau disebut sebagai ‘angin duduk’, angina bukan jenis masuk angin. Angina atau yang lebih dikenal sebagai angin duduk adalah nyeri dada yang disebabkan berkurangnya aliran darah ke jantung. Kondisi ini juga disebut sebagai angina pectoris.
Biasanya ketika seseorang terserang angina, yang dirasakan adalah nyeri di dada, seperti ditekan atau sesak. Angina paling sering terjadi ketika beraktivitas berat, biasanya jika angina muncul saat kita berolahraga atau melakukan aktivitas yang memacu jantung, rasa nyeri akan hilang dengan sendirinya setelah kita beristirahat.
Namun ada pula angina yang muncul tiba-tiba, bahkan saat tubuh sedang rileks dan tidak beraktivitas apapun, nyeri justru semakin memburuk. Kondisi ini termasuk kegawatan medis yang perlu ditangani segera.
Gejala Angina
Angina umumnya dirasakan sebagai nyeri dan sensasi tidak nyaman di dada. Nyeri tersebut bisa terasa panas atau menyengat, sesak, seperti ditekan, atau dicengkeram kuat-kuat. Nyeri juga bisa dirasakan di lengan, leher, rahang, bahu, hingga punggung.
Gejala lain pada angina adalah:
- Pusing
- Mendadak merasa lelah
- Mual
- Napas memendek
- Berkeringat lebih banyak
Seberapa parah gejala dirasakan serta berapa lama gejala terjadi berbeda-beda, tergantung jenis dan penyebab angina. Gejala angina yang berbeda dari biasanya menandakan kondisi lebih berbahaya dan perlu penanganan medis, misalnya serangan jantung.
Serangan jantung adalah komplikasi angina yang paling berbahaya. Waspadai gejala angina yang diikuti dengan kondisi berikut:
- Nyeri di tengah dada yang terasa lebih dari beberapa menit
- Rasa sakit menjalar hingga bahu, lengan, punggung, bahkan rahang dan gigi
- Pingsan
- Muntah
- Perut terasa nyeri terus menerus
- Napas semakin pendek
Maka jika kita merasakan gejala angina yang lebih kuat atau berbeda dari sebelumnya, sebaiknya segera hubungi dokter.
Penyebab Angina
Angina disebabkan berkurangnya aliran darah ke otot-otot jantung. Agar berfungsi dengan baik, otot jantung membutuhkan pasokan oksigen yang dibawa oleh darah. Saat jantung kekurangan pasokan oksigen, terjadi kondisi iskemia.
Berkurangnya aliran darah ini paling umum disebabkan oleh penyakit jantung koroner, di mana terjadi penyempitan pembuluh darah akibat penumpukan lemak (plak). Saat plak pada pembuluh darah pecah atau menjadi penggumpalan, aliran darah akan tersumbat atau terhambat. Kondisi ini dapat mengurangi aliran darah menuju jantung.
Saat jantung tidak membutuhkan terlalu banyak oksigen, otot-otot masih bekerja tanpa menimbulkan gejala angina. Namun ketika kebutuhan oksigen meningkat, misalnya saat olahraga, berkurangnya aliran darah dapat memicu angina.
Faktor-faktor yang bisa meningkatkan risiko angina adalah:
- Berusia di atas 60 tahun
- Riwayat keluarga dengan penyakit jantung
- Kebiasaan merokok
- Mengidap penyakit kronis (diabetes, tekanan darah tinggi, penyakit ginjal kronis)
- Riwayat serangan stroke
- Kolesterol atau trigliserida yang tinggi dalam darah
- Obesitas
- Stress emosional
- Kurang gerak
Untuk mengurangi risiko angina dan komplikasinya, langkah paling efektif adalah menjalani gaya hidup sehat. Hindari merokok, perbanyak aktivitas fisik, pilih makanan sehat dengan nutrisi lengkap. Usahakan pula selalu menghindari stres dan rutin mengkonsultasikan kondisi kesehatan yang berpotensi memicu angina.