Gaya hidup saat ini cenderung membuat kita melakukan kebiasaan buruk yang jarang disadari. Salah satunya gaya hidup sedentari atau sedentary lifestyle. Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), sedentary lifestyle adalah kegiatan yang dilakukan di luar waktu tidur dan hanya mengeluarkan kalori dalam jumlah sedikit.
Sedentary lifestyle contohnya ketika kita sangat jarang bergerak, hampir tidak pernah berjalan kaki, apalagi berolahraga. Walau kelihatannya sepele dan terasa tidak merepotkan, justru terus-menerus terjebak dalam gaya hidup ini meningkatkan banyak risiko kesehatan. Bahkan menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), sedentary lifestyle termasuk meningkatkan risiko penyebab kematian.
Berikut beberapa dampak sedentary lifestyle yang tidak boleh disepelekan:
1. Meningkatkan Risiko Obesitas
Sedentary lifestyle diketahui paling sering menyebabkan obesitas atau kelebihan berat badan pada seseorang. Jarang bergerak membuat tubuh semakin minim dalam membakar kalori. Padahal agar kalori terbakar, kita butuh beraktivitas fisik. Dampaknya tubuh kemudian malah menyimpan energi dalam bentuk lemak.
Lemak yang tidak terbakar ini lama kelamaan akan menumpuk, kemudian menyebabkan obesitas atau kelebihan berat badan.
2. Meningkatkan Risiko Penyakit Jantung
Seseorang yang kurang bergerak berisiko membuat lemak atau kolesterol menumpuk pada pembuluh darah arteri. Ketika lemak atau kolesterol menumpuk, aliran pembuluh darah bisa tersumbat.
Sumbatan pada pembuluh darah berakibat jantung jadi tidak dapat bekerja secara optimal dan memicu terjadinya penyakit serius seperti serangan jantung, jantung koroner, dan lain sebagainya.
3. Meningkatkan Risiko Diabetes
Tahukah Anda, ternyata gaya hidup sedentari adalah salah satu faktor risiko terbesar kejadian diabetes tipe 2. Hal ini karena saat seseorang jarang beraktivitas, kadar gula berlebih yang belum dimetabolisme oleh tubuh akan tetap berada di aliran darah. Dampaknya, respons tubuh terhadap insulin akan terganggu.
Jika terus dibiarkan, hal ini bisa menyebabkan resistensi insulin, di mana tubuh tidak lagi melepaskan cukup insulin sehingga kadar gula darah terus menerus tinggi. Inilah yang kemudian memicu terjadinya diabetes dan inflamasi di seluruh tubuh.
4. Mengganggu Kesehatan Mental
Kebanyakan mereka yang cenderung jarang bergerak juga jarang keluar rumah dan berinteraksi secara langsung dengan orang lain. Saat seseorang jarang berinteraksi dan bersosialisasi, bisa timbul rasa jenuh, stress, yang lama kelamaan menumpuk menjadi kecemasan berlebih. Ini juga bisa meningkatkan risiko depresi.
Begitu besar dampak gaya hidup sedentari, oleh karenanya mulai dari diri sendirilah kita harus mulai mengurangi dorongan untuk bermalas-malasan. Kita bisa mulai dengan cara yang sederhana, contohnya jika Anda lebih banyak duduk saat bekerja, setiap 30 menit bisa mulai berdiri dan berjalan sebentar untuk melakukan peregangan. Bisa juga dikombinasikan dengan rutin ke toilet setiap 30 sampai 1 jam sekali.
Cara lain yang bisa dicoba seperti perbanyak jalan kaki dengan turun satu halte lebih awal, jalan-jalan bersama teman di akhir pekan, atau mengikuti kelompok olahraga bersama supaya lebih termotivasi untuk berolahraga rutin.